Thursday, April 2, 2015

SUKU MANDAILING MARGA RANGKUTI DI BATUGAJAH, PERAK,MALAYSIA.


P               Pada abad 19 sampai dengan awal abad 20  Lembah Kinta yang dialiri Sg Kinta merupakan daerah pertimahan yang terbesar dan amat produktif bukan saja di Perak( Negara bahagian/State ) malahan seluruh Semenanjung Tanah Melayu. Daerah Papan dan Gopeng merupakan yang paling banyak timahnya.Mengenai  Papan ,J.Douglas menyurati Colonial Secretary 14 September 1877 demikian:  ".........the Papan mines..............are probably the richest mines in the Malay Peninsula( A R Lubis & Khoo Salma Nasution. Pg 26 . RAJA BILAH AND THE MANDAILINGS IN  PERAK: 1875-1911. MBRAS 2003 ).
               Penghasilan timah dari Papan, Gopeng dan situs perlombongan/pertambangan yang lain dan yang jauh dari tebing Sg Kinta diantar dulu ke pangkalan-pangkalan di tebing Sg Kinta sebelum diexpor .Maka amat perlu malah vital Papan dan Gopeng diperhubungkan dengan pangkalan-pangkalan tersebut dengan batang jalan.Mulai tahun 1881 dibina jalan sepanjang 10 batu dari Gopeng ke Kota Bharu.Pada waktu yang sama dibuat pula jalan sepanjang 4 batu dari Papan ke pertemuan muara Sg Raya dengan Sg Kinta yang berhampiran pula dengan Kg Batu Gajah.
               Dua batang jalan yang dibina itu amat sederhana dan biasa-biasa saja( jalan kereta lembu atau "cart road" ) dan walaupun begitu amat memacu pembangunan dan pengembangan awal Kg Bharu dan Batu Gajah.Kedua-dua kampung lama di pinggir Sg Kinta ini berobah menjadi pusat pengumpulan  timah untuk diexport dan pusat penyedian dan penyaluran bahan-bahan keperluan dan perkhidmatan yang lain-lainnya buat ratusan perkerja lombong/pertambangan di merata Lembah Kinta.
               Pembangunan awal Batu Gajah tidak dapat dipisahkan dengan partisipasi suku Mandailing,khususnya Marga Rangkuti yang dipimpin oleh Dato/Tok  Stia Raja.
               Tok Stia Raja atau Ibrahim Rangkuti anak Ja Marabun Rangkuti ( Bendahara Raja ) lahir di Selangor pada th 1806.Sewaktu Perang Kolang/Kelang beliau sebagai ulu balang suku Mandailing ikutserta menentang Sultan Abdul Samad dan Sekutu-sekutunya disamping imam porang  seperti Raja Asal,Raja Bilah dan Sutan Puasa/Na Poso.Beliau mengungsi ke Perak bersama-sama Raja Asal apabila angkatan Mandailing dan Sekutu-sekutunya dikalahkan.
               Di Negeri Perak para pengikut Raja Asal dapat hidup aman damai walaupun tak diterima dengan sepenuh  hati oleh orang Perak yang pada waktu itu menganggap suku Mandailing itu sebagai  "foreigners of a somewhat uncivilised type" ( Swettenham. The Real Malay.1899.p 182-183/A R LUBIS. P163 ).Mereka membantu Inggeris dalam usaha mengamankan Negeri Perak dan menguruskan hal-ihwal administrasi tingkat mukim.Setelah pemberontakan dan kehuruharaan dipadamkan , Inggeris memberikan konsesi timah di Lembah Kinta kepada Raja Asal sebagai imbalan terhadap bantuan suku Mandailing terutama dalam pasifikasi Negeri Perak.
               Raja Asal memperoleh lombong timah/pertambangan timah milik  ex-Sultan Ismail antara Papan dan Blanja yang paling produktif di negeri itu --"the most productive tin mines in the state " Sir Hugh Low 26 July 1877.
               Maka pemberian konsesi tersebut membukan pintu buat imigran Mandailing terutama pengikut Raja Asal dan Raja Bilah mencari rezeki di Lembah Kinta dalam bidang pertambangan/lumbung timah.Suku Mandailing itu melampan,mendulang,membuat relau,membeli dan  menjual timah( Ooi Jin-Bee.Mining Landscapes of Kinta.1955/ AR Lubis& KSN.p 85 ).Kebanyakan kaum perempuan mereka ikut mendulang ( "......a very favourite employment with Mandheling women; .." Hale 1885.p 303 / AR Lubis. p 85 ). Seorang imigran Mandailing,Abu Bakar ( c.1930. p 164/AR Lubis p. 89 ) mencatat wanita Mandailing yang mendulang itu dapat menghasilkan 10 - 15 kati timah per hari.

               Selain di Lembah Kinta suku Mandailing mengusahankan pertambangan timah di Selama,Taiping dan Larut.Sementara itu namora Mandailing seperti Ja Barumun membuka huta/banua pemukiman suku Mandailing seputar Gopeng dan Raja Mahmud membuka huta pula di Sengat.Penduduknya orang Mandailing yang didatangkan dari Tanah Mandailing.

               Sebagai akibat partisipasi meraka dalam bidang pertambangan /lumbung timah dan pertanian suku Mandailing di Perak mengalami perobahan status sosial dari "foreigners of a somewhat uncilivised type " yang mendiami lembah-lembah perbukitan di Hulu Bernam yang langka berhubungan dengan masyarakat atau orang Perak kepada status " the wealthiest Malays in the Peninsular " ( Swettenham 1948 .p 294/AR LUBIS & KSN. p 173 ). Mereka menyebar bukan saja di Lembah Kinta tetapi juga di Selama,Taiping dan Larut.

               Dato/ To' Stia Raja ( Ibrahim Rangkuti anak Ja Marabun Rangkuti / Bendahara Raja ) ,salah seorang yang tergolong Mandailing/ "Melayu " terkaya,telah membeli tapak kedai untuk membina beberapa buah rumah kedai di Batu Gajah yang bakal menjadi pangkalan strategis di Lembah Kinta.
Pihak Inggeris telah menyediakan tapak kedai tersebut dengan mengambil tanah rakyat setempat dengan memberikan pampasan.

               Sejumlah suku Mandailing Marga Rangkuti ikut membina rumah kedai untuk membuka perniagaan .Mereka juga bertindak sebagai pedagang timah.Rumah kedai suku Mandailing Marga Rangkuti kabarnya masih berdiri di sektor Batu Gajah yang dijuluki Pekan Lama.

               Salah satu sumbangan To' Stia Raja yang penting ke arah kemakmuran Batu Gajah merupakan inisiatifnya menerapkan teknologi membuat bendungan suku Mandailing untuk mengairi tanah yang kering-gersang yang terdapat di belakang stesen.(AR LUBIS. p 70 )Justru tanahnya tak produktif .Timah yang tersimpan di dalam permukaan tanah hanya diperdapat andainya tergenang air.
Atas usaha To' Stia Raja diampangi sebatang anak sungai yang mengaliri tanah gersang tersebut untuk membina bendungan yang airnya disalurkan ke permukaan tanah yang tergenang .Sebagai akibatnya tanah menjadi produktif dan 1000 lebih kuli Cina menggunakan "lancut kecil " untuk mengaut timahnya.

               Seluas 900 ekar tanah yang lain dimohon To' Stia Raja untuk digenangi dengan teknologi bendungan orang Mandailing dan diperkirakan 5000 kuli Cina lagi akan mencari timah di situ pada ujung tahun 1891.

               Sebagai orang berharta dan kaya To' Stia Raja membina 3 buah gedung kediaman untuk keluarga besarnya di Batu Gajah dan yang paling terkenal dijuluki Rumah Kuning.Sayang sekali warisan Mandailing yang historis ini dimusnahkan th 1997.Terdapat sebuah foto yang mengabadikan  Rumah Kuning ini.Terdapat sebuah yang lain yang keadaanya memerlukan pemugaran tuntas dari yang peduli.

               Suatu lagi usaha To' Stia Raja yang belum diprakarsai oleh orang setempat ialah membuka  dan mengusahakan perkebunan getah.Barangkali beliau merupakan pribumi/ bumiputra yang mempelopori bidang perkebunan.To' Stia Raja menamai perkebunan getah miliknya di Batu Gajah Malayan Estate ,Batu Gajah Perak F M S ( AR LUBIS.p 68 )

               Kekayaan yang dibina sosok Mandailing ini meleset barangkali juga sirna pada akhirnya sebab tergadai .

               To' Stia Raja / Ibrahim Rangkuti wafat seusia 120 tahun di Batu Gajah pada tahun 1926.  ALFATIHAH .

CATATAN hanafiah lubis.
Sumber utama dan pertama:
A R LUBIS & KHOO SALMA NASUTION -
RAJA BILAH AND THE MANDAILINGS IN PERAK 2003 MBRAS.