Monday, March 14, 2016

TUANKU TAMBUSAI/TOK ONGKU

                    Tgl 13 Maret 2016 di FB terunggah foto Bapak Dahlan Batubara di depan pusara Tuanku Tambusai di Seremban,Malaysia Barat.
                    Tuanku Tambusai( lidah Melayu mengucapkannya "Tok Ongku") merupakan seorang namora Marga Harahap.Sewaktu beliau diangkat menjadi namora, beliau mengadoptasi nama ompungnya,Hamonangan Harahap.
                    Sewaktu Perang Padri di Tanah Mandailing (1822-1831),beliau merupakan seorang imam perang dan ulama Kaum Padri.Seringkali beliau dijuluki " Si Harimau Padri " justru kekerasan dan teror yang ditimpakannya ke atas kaumnya orang Mandailing yang dianggapnya tiada berperadaban karena masih di tahap " silom na lom lom " atau zaman Pra-padri atau Zaman Hitam/Jahiliah sewaktu Agama Islam masih belum bertapak dengan kuat di kalangan warga yang mayoritas masih meneruskan pele begu,agama tradisional mereka.
                   Pada Perang Padri ,kaum padri yang mayoritas asal Minangkabau bertekad mecapai tahap " maso di na rinca "( Zainuddin Lubis 1987; 163-4 ) atau Islamisasi total warga Mandailing yang digerakkan dengan tindakan teror dan kekerasan. Ribuan warga dipaksa meninggalkan dan menolak  agama tradisional dan adat-adat yang dianggap non-islami.Pada awal abad 20 objektif maso di na rinca pada umumnya tercapai.( Mandailing Islam Across Borders Abdur-Razzaq Lubis  s3.amazonaws.com ) .Pada waktu ini juga,sejumlah besar warga Mandailing meninggalkan kampung halaman dalam suatu exodus ke Melaka.
                   Gerakan Islamisasi kaum padri memicu konflik agama dan sosial yang amat serius di kalangan masyarakat di Mandailing.  Penentangan dan perlawanan tenaga anti-padri dan pro-adat di gerakkan oleh  pimpinan marga dan adat seperti Patuan Naga dan Raja Gadombang yang minta intervensi dan bantuan Belanda.
                   Benteng pertahanan Tuanku Tambusai di Dalu-Dalu jatuh ke tangan Belanda 1835.Belanda dibantu oleh angkatan Madura,Bugis dan Mandailing.
                   Setelah Dalu-Dalu dikuasai Belanda Tuanku Tambusai meninggalkan tempat itu dan menaiki perahu dengan tujuan menyeberangi Selat Melaka.Mengikut sementara orang,perhunya karam di tengah laut dan tidak kesampaian di Melaka ( Schnitger 1989 1939 ).
                   Mayoritas masyarakat Melayu,Angkola dan Mandailing beranggapan Tuanku Tambusai undur ke Seremban (Sg Ujung) dan wafat di sana.Situs pusaranya di perbukitan yang di belakang   Komplek Perumahan ( Taman Perumahan) Happy.Bukit itu diapit oleh Jl Rasah dan Jl Tok Ongku dan Sungai Batang Benar - Dahlan Batubara 13 03 2016.
                  Selanjutnya Tuanku Tambusai disapa juga sebagai Patih Saleh.Setelah berhaji beliau dikenal sebagai Hadji Muhammad Saleh. Sewaktu di Tanah Suci beliau dipercayai terpengruh ajaran Wahabi.Beliau dipercayai pula bertanggungjawab menyebarkan Agama Islam di Padang Lawas, Padang Bolak,Sipirok dan tentu saja di Mandailing( kini Madina ).

                   Dalam era Kemerdekaan Tuanku Tambusai dianggap sebagai patriot ,anti-kolonial dan pejuang kemerdekaan.Pada tahun 1955 Republik Indonesia mengangkat Tuanku Tambusai sebagai Pahlawan Nasional dan beliau diakui secara resmi bermarga Harahap.
                  Tiga suku bangsa - Angkola,Mandailing dan Melayu masing-masing menganggap Tuanku Tambusai milik mereka.

( Lihat Mandailing Islam Across Borders Abdur-Razzaq Lubis s3. amazonaws -sumber utama dan pertama)