Thursday, November 13, 2014

BATAKKAH MANDAILING ?


                                                                                                                         
          SPEKULASI MENGENAI KATA-KATA "BATAK" & "MANDAILING "

                 Pada umumnya wilayah pedalaman Pulau Sumatra khususnya Sumatra Utara didiamii sejumlah golongan etnik seperti Toba ,Simalungan ,Dairi-Pakpak ,Karo dan Angkola.Mereka menganggap diri mereka Batak.Etnik Mandailing yang juga mendiami daerah pedalaman tidak menerima label Batak,malah menolaknya samasekali.Pada masa silam masyarakat di pedalaman Pulau Sumatra ini jarang berkontak dan berinteraksi dengan penduduk di pesisir yang kebanyakannya terdiri dari etnik Melayu.

                    Ada yang berpendapat penduduk di pesisir itu seperti orang Melayu mengenakan label atau stempel "Batak" pada penduduk di pedalaman.Semuanya adalah Batak termasuk orang Mandailing.Seperti juga keadaannya di Semenanjung Tanah Melayu.Semua penduduk etnik di pedalaman disebut "Sakai atau Jakun" tanpa memperhitungkan existensi berbagai-bagai etnik yang lain seperti Senoi,Negrito,Semang dan lain-lainnya.Pada hakekatnya semua penduduk di pedalaman itu tidak tahu akan label tersebut dan tidak pernah membahasakan diri mereka "Batak" ,"Jakun,Sakai"atau yang lain-lain sebagainya.Kata BATAK   membawa konotasi negatif dan menghina.Pada persepsi oranng Melayu Batak menunjuk kepada atribut kasar, jelek,taraf sosial yang rendah dan semua atribut ini tersimpul pada karakterisasi tak berperadaban - " rather uncivilised ."
                    Pengembara-pengembara yang singgah di wilayah Nusantara pada masa silam seperti  Marco,Ibnu Batutah dan kemudian Portugis menggunakan mitos etnik tersebut dalam catatan mereka.
Besar kemungkinannya istilah "Batak" diperkenalkan di Eropa lantaran catatan observasi pengembara-pengembara tersebut.Kemudian setelah kolonial Belanda menguasi Kesultanan-Kesultanan Melayu di pesisir timur Pulau Sumatra,mereka mengadoptasi persepsi penduduk Melayu terhadap etnik-etnik yang terdapat di pedalamannya dan dengan demikian meneruskan mitos etnik ini untuk beberapa lama  kemudiannya.

                    Pada waktu pemerintahan kolonial Belanda di Hindia-Belanda( Indonesia kini) sensus kependudukan dilaksanakan di wilayah Gubernemen Oostkust van Sumatra(Gubernemen Pesisir Timur Sumatra) pada awal abad ke-20.Nama Batak digunakan sebagai kategori dan Mandailing dimasukkan di bawahnya.(Tulisan Sutan Mangalobihi) .Dengan demikian nama Batak merupakan kategori yang mencakup semua kelompok etnik di Sumatra (kecuali Aceh,Minangkabau) .


                    Missionaris Eropa yang menggerakkan Kristenisasi di Sumatra ikut pula menggunakan nama Batak buat semua kelompok etnik di Sumatra Utara termasuk etnik Mandailing yang mendiami daerah yang berbatasan dengan Tanah Toba yang kebanyakan penduduknya masih berpegang pada kepercayaan tradisional yang disebut Parmalin.Justru mereka akan mudah dijadikan pemeluk Kristen dengan maksud menghambat penetrasi Agama Islam dari Aceh dan Ranah Minang.

                    Para missionaris yang aktif di Sumatra itu tidak memperdulikan samasekali pendapat Dr.Junghunn ,pegawai kolonial Belanda yang dihantar ke Tapanuli pada th 1848 .Dia mengutarakan Mandailing bukan keturunan Batak lantaran marga-marga Mandailing tidak ujud dalam masyarakat Batak.

                    Sehubungan dengan kata Batak yang sedang diperkatakan itu,rasanya harus pula disebut bahwa Tarombo Marga Nasution dan Tarombo Marga Lubis yang merentang ratusan tahun tidak menunjukkan pendiri-pendiri dua marga yang besar itu berketurunan Batak.Pendiri Marga Lubis yang tersebar luas di Kotanopan dan Tamiang ialah Silangkitang dan Sibaitang,kedua-duanya putra Namora Pande Bosi yang asalnya Sulawesi Selatan.Sementara itu sesuai tarombonya Marga Nasution didirikan oleh Si Baroar gelar Sutan Di Aru di Panyabungan Tonga Tonga .Marga ini menyebar dan menjadi raja di Mandailing Jae dan Mandailing Godang.

                    Seperti kata "Batak" yang kontroversial,demikian pula kata"Mandailing".Ada yang berteori etimologinya "manda" dan "ilang" yang lafalnya melebur menjadi "mandailing" dan ia membawa arti "orang yang kehilangan emak/ibu".Manda maksudnya ibu; ilang berarti hilang.Teori ini merumuskan bahwa bangsa Mandailing adalah suatu bangsa yang pernah kehilangan ibunya mengikut persepsi Minangkabau .Kata Mandailing terbit dari kata versi Minang "Mandahiliang." 

                     Ada pula teori yang ditampilkan oleh pribadi bernama Sutan Malobihi yang mengatakan bahwa orang Mandailing berasal dari willayah yang disebut sebagai " Mandala Kalingga" .Setelah menempuh proses perobahan lafalnya "Mandala Kalingga" menjadi "Mandala Holing" dan kini "Mandailing".Kitab yang mengatur ketertiban pelaksanaan adat di Mandailing pada masa lalu disebut     "Surat Tumbaga Kalingga"atau "Surat Tumbaga Holing."Selanjutnya dapat pula dipercayai existensi sebuah wilayah dan warganya yang dikenal sebagai Mandailing berdasarkan Tarombo Marga Nasution dan Tarombo Lubis.

                    Di mana lokasi geografisnya ? Mungkin sekali Luat Mandailing di Kecamatan Kotanopan,Mandailing-Natal(Madina). Marga Lubis merupakan marga yang pertama kali bermukim di Luat Mandailing.Marga Siregar tak dapat diidentifikasi dengan Luat Mandailing justru mereka bergeser dari sini dan bermukim di Luat Angkola.Dalam pada itu  orang Kalingga dan Raja mereka ,Rajendra Chola 1 pernah melancarkan razzia terhadap Kerajaan Sri Wijaya pada 1025 M. Pelabuhan-pelabuhan yang penting di kerajaan itu satu persatu jatuh ke tangan angkatan orang Tamil yang menyerang itu.Setelah melakukan penjarahan,mereka belayar pulang ke "Kalinga"( Paul Wheatly.S'pore 1964.Pages 87,88,92) di Pesisir India Selatan.


                    Bermain di benak bagaimana terkaitnya nama orang "Kalinga" di India Selatan itu dengan wilayah "Mandala Kalingga" yang dianggap sementara pihak sebagai Negeri Ibu bangsa Mandailing yang dapat pula diidentifikasi dengan Luat Mandailing.Menurut peneliti sejarah Mandailing ,Nama dan Bangsa Mandailing mungkin telah berexistensi lama sebelum th 1365.Pujangga Jawa ,Prapanca  membuat daftar nama-nama wilayah yang diperoleh Imperium Majapahit dalam expansi wilayahnya dalam kitab Nagarakrtagama.Nama Mandailing masuk catatan ( Slametmulyana 1979 / AR Lubis ) ; nama Batak tidak tercatat.Belum dikenal oleh umum Negeri dan Bangsa Batak di Pulau Jawa pada masa silam.

                    Dapat pula dikatakan nama/kata Madailing terdapat pula dalam masyarakat Minang pada zaman Kerajaan Pagaruyung pada abad 14 dahulu.Versi Minangnya " Mandahiliang ."


hanafiah kamalbahrin lubis
Kajang,Malaysia.
 

No comments:

Post a Comment