Sunday, December 4, 2016

LATARBELAKANG EXODUS MANDAILING KE KOLANG PADA AWAL ABAD 19.

WILAYAH KESATUAN MANDAILING DAN CIRI-CIRI BUDAYA .
Masyarakat umum di Malaysia amat kurang mengetahui mengenai etnis Mandailing berbanding atau ketimbang etnis yang lain seperti etnis Jawa,Minang,Bugis,Aceh etc.

Semenjak abad 19 sumber Belanda ,Inggeris dan sumber setempat mencatat macam-macam ejaan kata Mandailing seperti : *Mengdelling,*Mandahiling,*Mendeheleng,*Mandheling,*Mandiling,*Mandaling,*Mendeleng etc.

Di Pekan/kota Kajang,Selangor terdapat seruas jalan di pinggir Sungai Langat ( Batang Langat kata orang Mandailing setempat pada masa dulu) yang dinamai Jalan *Mendaling .Sekali dulu di bawah ejaan nama jalan itu dalam tanda kurung tertulis kata Mandailing yang kemudian sirna dengan agak misterius.

Kini ejaan yang baku/benar dan berlaku pula seantero Nusantara,Malaysia,Singapura dan Brunei ialah Mandailing.

Mandailing merupakan bangsa atau umat  dengan kesatuan wilayah,peradaban dan warisan budaya tersendiri dan yang berbeda pula dengan  dengan etnis Melayu atau etnis Nusantara yang lain.

Adapun wilayah kesatuan yang menjadi Tanah Leluhur mereka disebut  juga dengan nama Mandala Kalingga atau Mandailing yang berlokasi di pegunungan di Barat Daya Sumatra Utara.Kini Mandailing merupakan sebahagian dari Kabupaten Mandailing -Natal atau disingkatkan sebagai Madina dan ibukotanya Panyabungan.Wilayah kesatuan dan bangsa Mandailing tersebut telah berexistensi semenjak  abad ke-14 atau mungkin lebih awal .Nama Mandailing  terkenal di Pulau Jawa dan  disebut dalam  Kitab Nagarakretagama yang mengisahkan expansi atau pengeluasan Imperium Majapahit sekitar tahun 1365 M.Mungkin Mandailing menjadi salah satu negeri bawahan Imperium Majapahit pada  tahun itu.

Seperti telah disebut di atas,Mandailing beda sekali dengan golongan etnis yang lain seperti Melayu dan Batak .Mereka mempunyai ciri-ciri sosio-budaya yang tersendiri seperti sistim keluarga yang berintikan Markoum Sisolkot yang menetapkan perkawinan berlaku hanya antara marga yang berbeda; tidak boleh berlaku perkawinan sesama marga.
Dalian Natolu merupakan satu lagi  ciri budaya( cultural marker ) masyarakat Mandailing .Ia merupakan kreasi nenek moyang Mandailing dan unik dengan arti tidak kedapatan pada budaya  yang lain.Tujuannya mencapai masyarakat yang ideal berintikan Holongan ( kasih-sayang@cinta-kasih ) dalam interaksi sosialnya .(Askolani Nasution,Mandailing Online)

Urusan pelaksanaan adat dan hubungan antar individu dikelola oleh para pembesar masyarakat,Namora - Natoras secara demokratis dan konsensus pada sidang yang diadakan di gedung yang dinamai Sopo Godang.Mereka juga mempunyai tulisan yang disebut "urup tulak-tulak", musik "Gordang Sambilan " yang digelar pada upacara tertentu .Simbol-simbol tertentu seperti " Sangkalon" ; " Ulos" atau "Abit Godang(sejenis selendang ) dan "Bindu" yang melambangkan filsafat hidup warga Mandailing.


Selanjutnya Wilayah Kesatuan Mandailing itu terbagi dalam 3 bahagian - Mandailing Julu /Ulu; Mandailing Jae /Hilir dan Mandailing Godang/Besar.Berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan di utara .Di timur dan selatan berbatasan dengan Propinsi Sumatra Barat.Di barat menghadapi Samudra Hindia.Pada masa dahulu Marga Lubis merajai Mandailing Julu sementara itu Marga Nasution menjadi Raja di Mandailing Godang dan Mandailing Jae.


Beberapa lama sebelum abad ke- 19 orang Mandailing pernah merantau di KOLANG / BARAT MALAYSIA SEMENANJUNG .Setelah berhasil menabung ala kadarnya,mereka kembali ke Mandailing dengan berbekal sedikit uang dan membawa pulang kain yang dibeli  di Pattani.Mereka menyebutnya TONUN PATANI .Warnanya coklat kemerah-merahan dan disirumbai dengan benang emas.Kain istimewa ini digunakan dalam upacara adat seperti MANGULOSI.

PERANG PADRI DAN MIGRASI MANDAILING .

 Perang Padri (  1803 - 1845   ) 1 yang sekaligus perang saudara di Mandailing mencetuskan exodus  Mandailing ke Barat Malaysia Semenanjung atau Kolang.Perang ini berkecamuk selama lebih dari sepuluh tahun. Penjarahan kampung-halaman serta lahan pertanian oleh laskar Padri meyebabkan wilayah Mandailing rusak-binasa.Pihak kolonial Belanda yang menguasai Mandailing di akhir Perang Padri melancarkan pemerasan ekonomi yang disebut  cultuurstelsel(tanaman paksa) .Kehidupan warga makin diperparah .Konsekwensinya mereka tidak dapat lagi melanjutkan hidup dan kehidupan.Mereka terpaksa meninggalkan kampung-halaman dan mendirikan pemukiman baru di luar tapalbatas wilayah Mandailing .( 1.Abdur-Razzaq Lubis,'The Indianization of Mandailing ' p35 n 144 International Conference of the Indian Diaspora,Tamil Nadu,India 2016 )

 Unsur-unsur kepemimpinan traditional,Namora-Natoras menetapkan mereka mamungka huta atau buka negeri bukan lagi diluar tapal-batas desa  tetapi di luar perbatasan wilayah Mandailing atau Tano rura Mandailing  (2 )terutama di Kolang.Maka seringkali dua atau tiga marga ( namora-natoras,laki-laki,perempuan dan anak-anak ) sekaligus ikut meninggalkan Mandailing tujuan Kolang di bawah kesatuan pimpinan Namora-Natoras.Raja Asal, putra Raja Ter'ala ,Marga Nasution asal kenegerian Maga di Mandailing bertindak sebagai pemimpin besar mereka.(2) Abdur-Razzaq Lubis Mainstreaming The Minorities p42  academia edu.

Imigran Mandailing ,yang terlibat dalam exodus ke Kolang dan tempat -tempat lain di Barat Semenanjung Malaysia,memulai perjalanan mereka dari Kotanopan dan Rao di perbatasan wilayah Minang dan Mandailing.Mereka berjalan kaki melintasi Bukit Barisan ,menempuh hutan-belantara ,lembah dan rawa .Sungai yang dalam harus diseberangi .Seringkali berhadapan dengan bahaya binatang buas. Keselamatan jiwa dan raga para imigran terutama wanita dan anak-anak terserah kepada kaum priya. Sebagian mereka merupakan kombatan yang pernah bertempur dalam Perang Padri.

Perjalanan yang sarat dengan kendala,kesulitan dan marabahaya itu berlangsung 6 - 7 bulan .Sebelum sampai di Bengkalis atau Siak Indrapura pangkalan  menyeberangi Selat Melaka ke Kolang, mereka melewati tempat-tempat seperti Rao, Pendalian, Tandun, Kesipakan, Patapahan,Pantai Cermin dan Pekanbaru.Seringkali para imigran Mandailing itu tinggal beberapa lama di Tamoese/Tambusai. Di sini mereka bersawah dan panennya dijual untuk meyediakan beaya perahu yang akan membawa mereka ke Kolang di seberang sana Selat Melaka.Mereka akan berangkat ke tujuan Melaka dengan perahu dari Siak Indrapura atau Bengkalis di pesisir Sumatra Timur.(3) Abdur-Razzaq Lubis Mandailing Website Horas Mandailing.

IMIGRAN MANDAILING DAN KOLANG/ SELANGOR .

 Barat Malaysia Semenanjung pun pelabuhan Melaka itu sendiri dijuluki Melaka atau Kolang oleh warga Nusantara.Setelah imigran Mandailing itu mendarat di pelabuhan Melaka,mayoritasnya begerak ke Sg Ujung( Seremban kini )dan Kolang di utara.Yang lain-lain bergerak ke Pahang( Raub )melewati Jalur Lintas Semenajung(Trans- Peninsular Route) Penarikan di hulu Sg Muar dan Sg Bera.(4) Horas Mandailing Website.
Raja Asal dan para pengikutnya lkut Penarikan dalam perjalanannya ke Raub pada tahun 1840. Tertarik beliau pergi ke sana sebab emas dan juga  telah berdiri pemukiman orang Mandailing dan Rao di sana .Sementara itu orang Mandailing di pedalaman Lembah Kelang seringkali ke Pahang dari hulu Sungai Lumpoor (5) (Abdur-Razzaq Lubis Sutan Puasa:  The Founder of Kuala Lumpur n 52 JSEAA 2013.

Exodus Mandailing yang berlaku sewaktu dan setelah berakhir Perang Padri tidak dilakukan serempak atau simultan.Nomora - Natoras mereka meninggalkan wilayah Mandailing dengan pengikut-pengikut  pada waktu yang berbeda.Pada umumnya mereka seperti Bendahara Raja sampai di Tanah Semenjung  sewaktu Sultan Muhammad memerintah Negeri Selangor(1826-1857) .

Namora-Natoras yang lain ikut mengungsi ke Kolang dan kemudian mereka merupakan sosok terkemuka di Selangor. Antara lain-lainnya Sutan Puasa yang sampai di Melaka tahun 1830,Raja Brayun,Raja Baranang dan Raja Banding.

Namora-Natoras tersebut memulai mendirikan pemukiman Mandailing yang baru di beberapa lokasi di Negeri Selangor.Sebagai Marga Lubis sedapat-dapatnya mereka mematuhi dekrit Namora Pande Bosi,Pendiri Marga Lubis apabila berbuat demikian.Mereka akan ' mamungka huta ' (mendirikan pemukiman yang baru) seputar  patontang ( dua batang sungai yang mengalir dari arah yang berlawanan dan bermuara ke sungai yang lain secara berhadap-hadapan. Tiga batang sungai yang bermuara ke sungai yang lain ( when three rivers meet ! ) merupakan situs pemukiman yang ideal pula ( muara patontang ).

Sedikit-sebanyak dipandu oleh dekrit Nomora Pande Bosi Pendiri Marga Lubis,Sutan Naposo( Sutan Puasa - lafal Melayu ) mendirikan pemukiman Mandailing  di Kuala Lumpur; Jaboltok ( To' Bunus - julukan Melayu nya ) mendirikan Bunus ( kini Kg Baru di pusat kota Kuala Lumpur ); Ja Baranang membuka Ampang ; Gonggang( Setapak ) oleh Hulubalang Ali ; Raja Barayun mendirikan pemukiman Mandailing di Kajang dan  Ulu Langat oleh Ongku Tua . (Abdur-Razzaq Lubis , Sutan Puasa : The Founder of Kuala Lumpur n 48 JSEAA 2013.)

Hanafiah Lubis.




No comments:

Post a Comment